gedesitdownblog.blogspot.com: http://gedesitdownblog.blogspot.com/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html#ixzz2Yz5ZEV3S

Rabu, 17 Juli 2013

Surveilans
1.      Pengertian survailans
Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu “surveillance”, yang berarti “mengamati tentang sesuatu”. Meskipun konsep surveilans telah berkembang cukup lama, tetapi seringkali timbul kerancuan dengan kata “surveillance” dalam bahasa inggris, yang berarti “mengawasi perorangan yang sedang dicurigai”. Sebelum tahun 1950, surveilans memang diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit menular, sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi secepatnya serta dapat diambil langkah-langkah pengendalian seawal mungkin. Selanjutnya, pengertian surveilans epidemiologi yaitu kegiatan untuk memonitor frekuensi dan distribusi penyakit di masyarakat.
Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :
Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :
The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control
Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah”.
Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan da
TUJUAN
Pada Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, disebutkan bahwa surveilans bertujuan untuk menyediakan data dan informasi epidemiologi secara nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang dimanfaatkan untuk :
  1. dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
  2. peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat

Menurut Stephen B. Tachker, kegunaan surveilans cukup luas  :
  1. Menghitung estimasi besar masalah kesehatan
  2. Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
  3. Deteksi KLB
  4. Dokumentasi distribusi dan sebaran kejadian kesehatan
  5. Mengfasilitasi riset epidemiologi atau laboratorium
  6. Menguji hipotesis
  7. Evaluasi program penanggulangan masalah kesehatan
  8. Memantau perubahan agent penyakit
  9. Memantau kegiatan isolasi
  10. Deteksi perubahan mutu pelayanan
  11. Perencanaan
Esensi surveilans (epidemiologi/kesehatan masyarakat) adalah memanfaatkan data untuk memantau masalah-masalah kesehatan dan mendorong dilaksanakannya upaya penanggulangan. Surveilans dapat membantu menentukan prioritas-prioritas masalah kesehatan, menentukan pilihan strategi atau metode penanggulangan terbaik, memandu tahapan upaya penanggulangan, dan melakukan kajian efektivitas upaya penanggulangan penyakit atau masalah kesehatan lainnya.




Contoh
  •       Distribusi penyakit DBD menurut Kabupaten/Kota berdasarkan angka kesakitan (stratifikasi daerah), dapat membantu program menentukan daerah prioritas yang perlu segera dilakukan upaya penanggulangan.
  •   .   Distribusi penyakit DBD menurut waktu menunjukkan pola musiman, sehingga dapat membantu program menentukan kapan sebaiknya tindakan pengendalian vektor dilakukan dan kapan tindakan darurat pelayanan rumah sakit mulai diaktifkan.
  •       Distribusi penyakit DBD menurut waktu dan daerah dapat membantu program melakukan evaluasi efektifitas tindakan pengendalian vektor yang sudah dilakukan.

Setiap penyelenggaraan suatu sistem surveilans tertentu perlu ditetapkan adanya tujuan yang jelas dan terukur. Jelas itu adalah obyektif apa, kapan dan dimana tersedia produksi informasi epidemiologi sebagai hasil kerja surveilans, jelas manfaat dari informasi epidemiologi yang diperolehnya, dan jelas siapa atau unit apa yang memanfaatkan informasi epidemiologi tersebut. Terukur dalam artian dapat diukur dengan ukuran kuantitatif sesuai dengan ukuran-ukuran epidemiologi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diperbandingkan antar waktu dan antar populasi atau antar tempat/daerah

Tujuan surveilans berbeda dengan tujuan program, tetapi surveilans sebagai bagian dari sua
tu program, dan oleh karena itu tujuan surveilans terkait dengan tujuan-tujuan program. Pada suatu program kesehatan, tujuan program adalah mendapatkan penyelesaian masalah kesehatan, pencapaian tujuan diukur dalam bentuk rate tertentu, misalnya besar penurunan incidence rate, prevalence rate, mortality rate atau case fatality rate. Sementara tujuan surveilans yang terkait dengan program tersebut adalah mengukur seberapa besar penyelesaian masalah kesehatan tersebut telah dapat dicapai,  yang biasanya diukur dalam bentuk rate yang sama.

Tujuan surveilans akan membantu penyelenggaraan sistem surveilans lebih fokus, sistematis, dukungan anggaran yang diperlukan lebih jelas, penggerakan sumberdaya menjadi lebih efisien dan terarah serta kinerjanya dapat diukur, diperbandingkan dari waktu ke waktu, dan dari wilayah satu ke wilayah lain serta dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk memberikan pemahaman yang memadai, dibahas hubungan beberapa jenis program dengan tujuan-peran surveilans dalam mendukung kinerja program.
Contoh :
Progran Pengendalian Pnemonia
Tujuan program :
Menurunkan risiko kematian anak yang menderita pnemonia
  1. terlaksananya pengobatan standar kasus pnemonia anak minimal 80% dari estimasi jumlah kasus pnemonia di setiap wilayah Puskesmas
  2. case fatality rate pnemonia menurun menjadi kurang dari 5% dari jumlah kasus pnemonia yang mendapat pengobatan standar di setiap Puskesmas


Tujuan surveilans :
Mengetahui gambaran epidemiologi pnemonia berobat dan hasil pengobatan
  1. diketahuinya jumlah kasus pnemonia menurut Puskesmas dan periode waktu mingguan
  2. diketahuinya jumlah kasus pneumonia yang mendapat pengobatan standar menurut Puskesmas dan periode waktu mingguan
  3. diketahuinya jumlah kasus pnemonia yang mendapat pengobatan standar meninggal (case fatality rate) menurut Pukesmas dan periode waktu mingguan
Kegiatan program pengendalian pnemonia adalah menemukan semua penderita pnemonia dan memberikan pertolongan dengan pengobatan/perawatan standar. Oleh karena itu, peran surveilans pertama adalah menunjukkan daerah atau jenis populasi mana yang perlu mendapat prioritas dibanding kelompok lain, agar program dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Peran surveilans kedua adalah melakukan monitoring dan evaluasi telah seberapa jauh kegiatan program telah berhasil mencapai tujuan program.
Pada program pengendalian pnemonia, dan program-program lain dimana penemuan dan tindakan terhadap penderita menjadi salah satu programnya sering terjadi perdebatan batas kegiatan program dan kegiatan surveilans pada kegiatan penemuan penderita. Apakah ini tugas program atau tugas surveilans pada program tersebut ?.
Pada program pengendalian pnemonia ini, bisa jadi upaya penemuan penderita menjadi tugas program, sehingga bisa ditemukan sejumlah penderita sesuai tujuan program, sementara surveilans berperan menghitung jumlah penderita yang ditemukan menurut karakteristik waktu, tempat dan orang, sesuai kebutuhan untuk membantu program untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Pada kejadian terakhir ini, semakin menunjukkan bahwa program dan surveilans berada dalam satu kendaraan menuju pencapaian kinerja program yang diharapkan, tetapi sekaligus menunjukkan perlu adanya kejelasan peran program dan surveilans, sehingga ancangan kegiatan, anggaran, penggerakan sumber daya dan hasil kerja dapat diukur dan dipertanggungjawabkan.
Contoh :
Program Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tujuan program :
  1. menurunnya insiden demam berdarah kurang dari 50 kasus per 100.000 penduduk di setiap kabupaten/kota
  2. menurunnya cafe fatality rate<1% di setiap kabupaten/kota
Tujuan surveilans :
       Teridentifikasinya setiap kasus demam berdarah dengue berobat (insidens rate) dan jumlah meninggal (CFR) di rumah sakit di setiap kabupaten/kota dan periode waktu bulanan dan tahunan
       Berbeda dengan program pengendalian pnemonia, program pengendalian DBD bertujuan menurunkan angka kesakitan dan angka fatalitas kasus (CFR), sehingga upaya mengendalikan faktor risiko dan mencegah jatuh sakit menjadi salah satu strategi yang diterapkan, disamping strategi untuk menjamin agar penderita DBD dapat tertolong dengan sistem rujukan, dan perawatan yang baik
       Strategi program dalam upaya menurunkan angka kesakitan adalah mengendalikan nyamuk Aedes agypti, sehingga mata rantai penularan dapat diputus, dan besarnya jumlah penularan dapat dikurangi, sehingga jumlah penderita juga dapat dikurangi ,.
       Sama dengan program pengendalian pnemonia, peran surveilans utama adalah membantu program dengan cara menentukan tingkat kerentanan populasi berdasarkan waktu, tempat dan karakteristik masyarakat (angka kesakitan, angka kematian, angka fatalitas kasus, kejadian luar biasa).
Untuk mencapai tujuan surveilans tersebut, dapat dikembangkan
1.      surveilans berdasarkan survei kasus pada populasi secara berkala (times series),
2.      surveilans berdasarkan data kasus baru berkunjung/berobat ke unit pelayanan untuk membuat estimasi besarnya angka kesakitan dan angka kematian menurut wilayah, umur dan jenis kelamin, atau
3.      surveilans berdasarkan data perubahan jenis dan jumlah tempat-tempat perindukan nyamuk, jenis dan kepadatan nyamuk, demografi, musim, lingkungan tempat tinggal dan faktor risiko lainnya yang digunakan untuk meng-estimasi tingkat kepadatan nyamuk dan dampaknya terhadap angka kesakitan dan angka kematian DBD. 
Berdasarkan informasi surveilans tersebut, maka program dapat menentukan prioritas daerah atau kelompok populasi dalam upaya pengendalian nyamuk penyebab demam berdarah, atau adanya  penentuan strategi yang spesifik untuk masing-masing daerah dan populasi.
Disamping sumber data dari data sudah lewat beberapa waktu sebelumnya, sebagaimana contoh diatas, data yang diperoleh pada periode waktu berjalan, juga menjadi sumber data surveilans yang penting, terutama pada penyakit potensi KLB seperti DBD ini. Perkembangan kasus (perubahan jumlah, risiko, dan tipe virus) dan perubahan kondisi lingkungan (kepadatan nyamuk, musim atau curah hujan, tumbuhnya tempat-tempat perindukan nyamuk dsb) dapat diidentifikasi melalui sistem deteksi dini kasus dan sistem deteksi dini kondisi rentan serta diikuti dengan respon peningkatan kewaspadaan, respon investigasi dan respon penanggulangan. Ini menjadi konsep dasar model SKD-KLB yang akan tersendiri.
Tujuan program pengendalian DBD kedua, yaitu, menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) dapat disamakan dengan tujuan program pengendalian pnemonia, yaitu menemukan dan mengobati/merawat penderita DBD

Contoh :
Program Pengendalian Influenza Pandemi
Tujuan program :
Dapat tertanggulanginya dengan cepat setiap kejadian episenter influenza pandemi
Tujuan surveilans :
  1. Deteksi dini episenter influenza pandemi
  2. Memantau perkembangan episenter influenza pandemi
  3. Memastikan tidak adanya transmisi virus influenza pandemi dari orang ke orang

Berbeda dengan dua contoh sebelumnya, pada Program Pengendalian Influenza Pandemi, sering kita sebut sebagai menyiapkan pasukan tempur yang medan pertempuran belum ada, tepatnya mungkin akan terjadi. Program yang sama adalah pada program eradikasi polio dengan diselenggarakannya surveilans AFP dan virus polio liar, program penanggulangan SARS dengan surveilans SARS, dsb.
Program penanggulangan episenter pandemi influenza, adalah terus mempersiapkan diri agar pada waktu episenter pandemi influenza terjadi, maka penggerakan sumber daya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Surveilans influenza pandemi yang sedang berjalan adalah surveilans flu burung. Surveilans memainkan peran kunci, pertama, deteksi dini adanya episenter dan sebaliknya, kedua,  terus menerus membuktikan episenter pandemi influenza tidak sedang terjadi. Jika episenter pandemi influnza terdeteksi dini, maka program penanggulangan segera bertindak.
Dalam upaya membangun deteksi dini kemungkinan terjadinya episenter pandemi influenza, maka dilakukan langkah surveilans :
1.      Memantau perkembangan kejadian pandemi influenza di seluruh dunia dan identifikasi kemungkinan menyebar ke wilayah Indonesia
2.      Memantau perkembangan influenza H5N1 pada hewan dan manusia, baik berdasarkan pendekatan bukti epidemiologi adanya penularan dari orang ke orang, maupun berdasarkan perubahan karakter virus (mutasi genetik)
3.      Memantau kemungkinan munculnya kasus pnemonia ganas dan menular sebagai cluster pnemonia tertentu.
Salah satu peran surveilans pada program ini adalah membuktikan bahwa, episenter pandemi influenza itu tidak sedang terjadi, merupakan pekerjaan yang paling berat. Tujuan surveilans tercapai apabila semua indikator kinerja surveilans menunjukkan surveilans diselenggarakan dengan kualitas tinggi.
Indikator kinerja surveilans episenter pandemi influenza menunjukkan kualitas surveilans sangat tinggi jika
1.      Setiap kasus suspek H5N1 dapat teridentifikasi dan dikonfirmasi, dan terbukti tidak ada penularan kepada semua orang yang kontak erat dengan penderita yang diamati (penularan gelombang kedua)
2.      Setiap kasus pnemonia ganas dan cluster pnemonia dapat teridentifikasi dan konfirmasi serta dipastikan tidak ada penularan kepada semua kontak erat dengan penderita yang diamati.
3.      Laporan berkala ada tidaknya kasus H5N1,  cluster pnemonia dan pnemonia ganas dari seluruh Kabupaten/Kota dan atau Unit-unit pelayanan telah dilakukan secara teratur (zero reporting)
Berdasarkan data indikator kinerja tersebut dapat disimpulkan :
1.      Apabila ketiga indikator tersebut diatas terpenuhi, maka unit surveilans dapat menyatakan “tidak terdapat episenter pandemi influenza” yang meyakinkan.
2.      Apabila salah satu indikator tersebut tidak memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, maka pernyataan unit surveilans yang menyatakan “tidak terjadi  episenter pandemi influenza” tersebut menjadi diragukan atau tidak diyakini kebenarannya.
Pada contoh kasus pandemi influenza, jelas peran surveilans sangat bergantung kepada kebutuhan program, sebaliknya program akan melaksanakan program dengan efektifitas dan efisiensi bergantung kepada hasil kerja surveilans yang memiliki kulaitas kerja yang sangat tinggi.

 Pengantar Kesehatan Masyarakat Dian Husada

Ukuran Frekuensi Penyakit

  UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

FREKUENSI MASALAH KESEHATAN:

Keterangan tentang banyaknya suatu masalah kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka mutlak, proporsi, rate ataupun rasio.

Ukuran frekuensi masalah kesehatan ……

ANGKA MUTLAK:

Jumlah penderita penyakit yang dinyatakan apa adanya
Misal: Jumlah anak sekolah yang menderita kelainan penglihatan di wilayah tertentu adalah 100 orang


PROPORSI :

Perbandingan dimana nominator masuk dalam denominator
a / (a+b)
Misal: Banyaknya anak sekolah dengan kelainan penglihatan diantara seluruh anak sekolah di wilayah tertentu adalah 100/(100+900) = 100/1000 = 0,1 = 10 %
Ukuran frekuensi masalah kesehatan ……

RASIO :
Perbandingan dimana nominator bukan termasuk dalam denominator.
a / b
Misal: Rasio antara mahasiswa laki-laki yg berambut
lurus dengan yang berambut keriting.

RATE :

Suatu proporsi dimana denominatornya berupa jumlah populasi berisiko dikalikan lama waktu berisiko (menunjukkan kecepatan terjadinya masalah kesehatan)
a / (jumlah populasi berisiko x lama waktu berisiko)
Misal: Banyaknya anak sekolah dengan kelaianan penglihatan diantara seluruh anak sekolah dikalikan lama waktu berisiko mengalami kelainan mata untuk masing-masing anak sekolah.
2/(46 orang-bulan) = 0,043 orang-bulan
Ukuran frekuensi masalah kesehatan ……
















Ukuran frekuensi masalah kesehatan ……
INSIDEN

Frekuensi penderita baru suatu penyakit/masalah kesehatan pada suatu populasi tertentu (populasi berisiko) pada waktu tertentu

Jumlah kasus BARU
I = ------------------------------------------------------ x k
Jumlah populasi berisiko

Baru à Batas pengamatan, penyakit timbul dalam
batas pengamatan.
Kasus à Penderita , Episode
Berisiko à Hidup, sehat (tdk menderita sakit yg diteliti)
Tidak kebal, mempunyai organ target intak.
Ukuran frekuensi masalah kesehatan ……

PREVALEN

Frekuensi penderita lama dan baru suatu penyakit/masalah kesehatan pada suatu kelompok masyarakat pada waktu tertentu


Jumlah kasus LAMA dan BARU
P = --------------------------------------------------------------------
Jumlah total populasi

Prevalen ……
PERIOD PREVALEN

Frekuensi penderita lama dan baru suatu penyakit/masalah kesehatan pada suatu kelompok masyarakat pada waktu tertentu


Jumlah kasus LAMA dan BARU ( to-t1 )
P (to-t1) = --------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah total populasi (to-t1)



Prevalen ……
POINT PREVALEN

Frekuensi penderita lama dan baru suatu penyakit/masalah kesehatan pada suatu kelompok masyarakat pada suatu saat.


Jumlah kasus LAMA dan BARU (suatu saat )
P (suatu saat) = -------------------------------------------------
Jumlah total populasi (suatu saat)



KEGUNAAN PREVALEN

Menggambarkan besarnya masalah penyakit kronis.
Berguna untuk perencanaan kebutuhan fasilitas kesehatan dan sumberdaya manusia yang harus disediakan.
Untuk monitoring program pengendalian penyakit kronis.
Nilai Prevalen dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan.
Fungsi Incidence Risk :
Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi.
Besar risiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi.
Insiden digunakan pada riset etiologi, sesuai kriteria ‘hub.temporal’.
HUBUNGAN INCIDENCE DAN PREVALENCE
Kondisi-yang menyebabkan prevalensi naik
Durasi penyakit yang lama
Peningkatan kasus baru
Kasus – kasus bermigrasi ke dalam populasi
Migrasi dari orang yang sehat
Migrasi ke dalam dari orang2 yang rentan
Peningkatan metode / prasarana diagnostik “NAIK”
Peningkatan surveilans (pelaporan yang baik)

Kondisi-yang menyebabkan prevalensi turun
Durasi penyakit yang pendek
Menurunnya insiden
Meningkatnya tingkat fatalitas penyakit
Migrasi ke dalam dari orang2 sehat
Migrasi ke luar dari kasus2
Meningkatnya kesembuhan (metode pengobatan yang baik)