EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Epidemiologi deskirptif adalah studi pendekatan
epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat
di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat,
dan Waktu)
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau
studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau
suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat
tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi
jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan
surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko
maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross
sectional
I . KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Pada
setiap kelompok penduduk, tiap individu yg membentuk kelompok tersebut memiliki
tingkat/derajat keterpaparan atau risk yang
berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka yang mempunyai derajat
keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu, tidak semuanya
menderita penyakit tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat
tertentu.keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor.
Dengan
demikian penjelasan epidemiologi harus sebanyak mungkin memberikan keterangan
yang ada sehingga memungkinkan untuk membedakan besarnya kejadian insidensi
maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu terutama karakteristik
tentang orang (person tentang siapa) tentang tempat kejadian (dimana
peristiwanya terjadi), dan tentang waktu kejadian (kapan dan berapa lama)
termasuk pula penjelasan tentang lingkungan, keadaan social budaya serta
pekerjaan, dan keterangan lainnya.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
§ Untuk
menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
§ Untuk
memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
§ Untuk
mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis
epidemiologi deskriptif dibagi 2 yaitu:
- Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
- Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif
sebagai berikut:
·
Bertujuan untuk menggambarkan
·
Tidak terdapat kelompok pembanding
·
Hubungan sebab akibat hanya merupakan
suatu perkiraan ataau semacam asumsi
·
Hasil penelitiannya berupa hipotesis
·
Merupakan studi pendahluan untuk studi
yang mendalam
Hasil
penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:
ü Untuk menyusun
perencanaan pelayanan kesehatan
ü Untuk
menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
ü sebagai bahan
untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
ü Untuk
Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah
atau satu wil dalam waktu yang berbeda.
Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi
deskriptif adalah bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu
pada variabel-variabel segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person),
tempat (place) dan waktu (time).
- Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin,
kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,
struktur keluarga dan paritas.
- Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian
didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan
melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang
dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval
didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola
kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan
pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada
masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan
sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal
ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur
bagi mereka yang telah bersekolah.
2.
Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka
kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi
dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu
dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh
faktor-faktor intinsik.
Yang pertama
diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya
faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman
keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya,
dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi
dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa
wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat
indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian
untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
3.
Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat
hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur
seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula
oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan
atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana
mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas
sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I
(profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah
terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit
oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat
mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan
dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni :
o
Adanya faktor-faktor lingkungan yang
langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
o
Situasi pekerjaan yang penuh dengan
stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
o
Ada tidaknya “gerak badan” didalam
pekerjaan;
o
Karena berkerumun di satu tempat yang
relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.
penularan penyakit antara para pekerja.
o
Penyakit karena cacing tambang telah
lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola
kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja
yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
5.
Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara
tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena
tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan
sebagainya.
6.
Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam
kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian
suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus
distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu..
7.
Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak
kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi
pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada
kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi
orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau
karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara
kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8.
Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat
menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif
mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas
hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya;
karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau
tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti
dalam hubungan kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan
penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik
stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
B.
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu
penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering
dilakukan antara :
·
Batas daerah-daerah pemerintahan
·
Kota dan pedesaan
·
Daerah atau tempat berdasarkan
batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
atau padang pasir)
·
Negara-negara
·
Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi
penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada
batas-batas administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu
daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti
temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan
tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam
tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,
bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau
pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor
penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan
genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi
suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu
wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota
dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula
diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi
ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu
sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat
terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan
maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah
pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya
perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari
etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu
wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam
memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat)
perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
§ Susunan umur
§ Susunan kelamin
§ Kualitas data
§ Derajat
representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur
dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia
dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif
dan baik kualitasnya.
Variasi
geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
Ø Lingkungan
fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
suatu tempat ke tempat lainnya.
Ø Konstitusi
genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
karakteristik demografi.
Ø Variasi
kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
Ø Variasi
administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah
tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin.
Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera),
vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang
memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit.
Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
C.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan
penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka
dibedakan :
o
Fluktuasi jangka pendek dimana
perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
o
Perubahan-perubahan secara siklus
dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
o
Perubahan-perubahan angka kesakitan
yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
- Fluktuasi Jangka Pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi
umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa
hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi
ini memberikan petunjuk bahwa :
·
Penderita-penderita terserang penyakit
yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
hampir bersamaan.
·
Waktu inkubasi rata-rata pendek.
2.
Perubahan-Perubahan Secara Siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan
dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi
berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa
semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan
infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian
suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah
berhubungan dengan :
·
Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan
transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
·
Adanya tempat perkembangbiakan alami
dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
·
Selalu adanya kerentanan
·
Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari
orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
·
Tetapnya kemampuan agen infektif untuk
menimbulkan penyakit.
·
Adanya faktor-faktor lain yang belum
diketahui. Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit
menular yang berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne
secara siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases
yang telah kita kenal.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah
berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi
faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit yang belum diketahui
etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.
Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai
dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa
interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan
dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit
karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.
Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan
secara musiman dari produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan
yang mengandung bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan
kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit
infeksi dan sebagainya.
II. EPIDEMIOLOGI DAN PERANNYA PADA MASALAH KESEHATAN
Sehat menurut WHO(1948) adalah kondisi fisik, mental,
dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat.
Sedangkan menurut UU Kesehatan RI 1961 yang diperbaharui dengan UU
tahun 1992 berbunyi Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Dengan pengertian diatas, bisa diketahui bahwa Epidemiologi
mempunyai andil yang besar pada bidang kesehatan. Maka Epidemiologi sebagai
suatu displin ilmu mempunyai peran sebagai berikut:
§ Mengidentifikasi masalah kesehatan
yang utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat
§ Mengetahui faktor faktor yang berperanan
dalam terjadinya masalah kesehatan atau penyakit yang ada di masyarakat
§ Menyediakan data yang diperlukan
untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan
§ Membantu melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan
§ Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya
§ Mengarahkan intervensi yang
diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat
melepaskan diri dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat
lainnya seperti Administrasi kesehatan masyarakat, biostatistika, kesehatan
lingkungan dan pendidikan kesehatan/dan ilmu perilaku. Misalnya, peranan
epidemiologi dalam proses perencanaan kesehatan. Tampak bahwa epidemiologi
dapat dipergunakan dalam proses perencanaan yang meliputi identifikasi masalah,
memilih prioritas, menyusun objektif, menerapkan kegiatan, koordinasi dan
evaluasi. Dalam proses perencaan ni epidemiologi sangat memerlukan tambahan
pengetahuan dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan masyarakat.
Sebaliknya, dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan
kesehatan, epidemiologi dapat dipergunakan dalam membuat suatu “diagnosis
Epidemiologi” dari masalah intervensi tersebut. Disni epidemiologi berperan
dalam menentukan masalah kesehatan berdasarkan indikator vital seperti
mortalitas, morbiditas, fertilitas dan disabilitas. Juga dapat dipakai dalam
menghitung frekwensi penyakit dalam bentuk insidensi, prevalensi, distribusi,
intensitas dan kelangsungan suatu penyakit.
III. DETERMINAN PENYAKIT
A. Determinan Intrinsik Penyakit
Determinan Faktor Intrinsik pada
Penyakit erat hubungan dengan Segitiga Epidemiologi yang dikemukakan oleh
Gordon dan La Richt (1950) dalam Timreck (2004), yang menyebutkan bahwa timbul
atu tidaknya penyakit pada organisme dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host,
agent dan environment.
Gordon dan La Richt mengemukakan
bahwa :
§ Penyakit timbul karena
ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan host (organisme hidup)
§ Keadaan keseimbangan bergantung pada
sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu maupun kelompok)
§ Karakteristik agent dan host akan
mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada
keadaan alami pada lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan biologis
1. Determinan agen
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor
mekanis. kadang-kadang, untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui
seperti penyakit ulkus peptiku, coronaryheart diseases, dan lain-lain. Menurut
Bustan (2006), Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok
yaitu:
1. Agen
Biologis : Virus, bakteri, fungi, riketsia,
protozoa, dan metazoan.
2. Agen
Nutrisi : Protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air.
3. Agen
Fisik : Panas, radiasi, dingin, kelembaban,
tekanan.
4. Agen
Kimiawi : Dapat bersifat endogenous seperti asidosis,
diabetes (hiperglikimia),
uremia, dan eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas,
debu, dan lain
lain.
5. Agen
Mekanis : Gesekan, benturan, pukulan yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh.
1.1 Agen
Proses Perjalanan suatu penyakit bermula dari adanya
gangguan keseimbangan antara agen penyakit, host dan lingkungan, sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Agen penyakit merupakan faktor awal proses
terjadinya penyakit, sehingga faktor agen penyakit ini merupakan hal yang
sangat penting untuk dipelajari, agar setiap organisme dapat melakukan
pencegahan lebih awal terhadap timbulnya suatu penyakit.
Menurut Rajab (2009), menyebutkan bahwa ukuran yang
menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit
sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
§ Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk
menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi
dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
§ Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk
menyebabkan penyakit klinis. Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan
jumlah individu yang terinfeksi.
§ Virulensi : kemampuan penyakit untuk
menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi
menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati
dibagi dengan jumlah kasus klinis
1.2.
Hubungan antara infeksi dengan penyakit
Menurut Bustan (2006), mengemukan
bahwa Infeksi dan penyakit mempunyai hubungan satu sama lain disebut juga
sebuah proses interaksi. Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi
antara agen yang merupakan faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu
atau lebih dikenal dengan Host, dan faktor lingkungan yang mendukung proses
interaksi.
Selanjutnya Bustan (2007),
mengemukan bahwa Proses interaksi ini dapat terjadi secara individu atau
kelompok, karena adanya mikroorganisme yang kontak baik secara langsung maupn
tidak secara langsung dengan manusia sebagai penjamu yang rentan, daya tahan tubuh
yang rendah dan lingkungan yang tidak sehat yang menyebabkan sakit pada host.
Pada sebuah penelitian tentang
kesehatan anak, Mubarak, dkk (1995)
mengemukakan bahwa, Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi
energi, protein dan zat gizi lainnya
karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan menjadi berkurang.
Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal
karena meningkatnya kebutuhan metabolisme
basal.
Dalam riwayat alamiah penyakit
infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu
penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik,
yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan
(atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat
tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami
perubahan patologi yang ireversibel.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi,
individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit
infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu
melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang
dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu
tersebut dikatakan mengalami infeksi.
1.3.
Metode Transmisi/Penularan Agen Penyakit
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus
dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah
keadaan sehat, bila terjadi gangguan kesimbangan, muncul penyakit.
Menurut Chandra (2009), mengemukakan bahwa masuknya agent
(bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host disebabkan oleh
agent melalui beberapa macam jalur penularan, sebagai berikut :
1.
Inhalasi :
Yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne
transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu,
mineral, partikel (golongan a-biotik) atau berupa kontak dengan
penderita TB (golongan biotik).
2.
Ditelan :
Yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara
memakan atau tertelan. Misalnya minuman keras, obat-obatan, keracunan logam
berat.
3.
Melalui Kulit :
Yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit.
Misalnya keracunan oleh bahan kosmetika tumbuh-tumbuhan dan binatang.
2. Determinan Host
Menurut Rajab (2009), dijelaskan
bahwa faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia makhluk sosial sehingga
manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya suatu penyakit
yaitu manusia kemungkinan terpajan dan kemungkinan rentan/resisten.
Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses
kejadian penyakit pada pejamu (host) adalah sebagai berikut :
·
Faktor
Keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua
orang tua (misalnya penyakit asma dan diabetes mellitus).
·
Mekanisme
Kekebalan Tubuh/Imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidaklah sama, namun
faktor imunitas sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit. Imunitas
dibagi dalam beberapa kategori, yaitu : Imunitas alamiah, Imunitas didapat dan
Kekebalan kelompok.
·
Usia
·
Jenis
Kelamin
·
Ras
·
Sosial
ekonomi
·
Status
Perkawinan
·
Penyakit
Terdahulu
·
Nutrisi.
B. Determinan Ekstrinsik Penyakit
Determinan Faktor Ekstrinsik pada
Penyakit adalah faktor ketiga atau semua faktor luar dari suatu individu yang
dapat berupa lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit menular
sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut Brisbois, dkk (2010), menyebutkan
bahwa Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya
suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu juga dalam hal
distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host intermediate.
Penyakit yang tersebar melalui
vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue
(DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan makin
meningkat dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini
merupakan penyebab kematian utama.
Iklim dapat berpengaruh terhadap
pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit,
dan vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan
ambien lainnya. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa penyakit yang ditularkan
melalui nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat.
(Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua makluk
hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk juga
manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit
yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya
bakteri dan virus sebagai penyebab sakit.
3. Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia dengan
lingkungan, dimana suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh
lingkungannya dan terjadi pada saat pra-patogenesis (Periode sebelum manusia sakit terdapat interaksi antara
faktor-faktor host, agent dan environment yang berlangsung terus menerus)
suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat/menyediakan
makanan. Akibatnya faktor tersebut akan mempengaruhi agen penyakit, host dan
lingkungan secara serentak, sehingga akan mempengaruhi agen penyakit untuk
masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia
yang akan menyebabkan muntaber (Rajab, 2009).
C. Gambaran Kejadian Penyakit Pada Populasi
Perkembangan alamiah suatu penyakit penting artinya untuk
menggambarkan perjalanan suatu penyakit, terutama yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit yang berhubungan dengan keadaan waktu, tempat, dan orang.
Maka akan dapat dilakukan berbagai upaya untuk mencegah atau menghentikan
perjalanan penyakit tersebut.
Semua individu yang berisiko terhadap penyakit/kejadian yang
diteliti di dalam suatu kelompok yang diteliti. Contohnya untuk mengukur
kejadian penyakit mastitis, population at risk adalah sapi betina produktif,
sedangkan sapi jantan, pedet dan sapi betina yang tidak produktif tidak
termasuk ke dalamnya karena tidak berisiko terkena mastitis.
Dengan mengetahui faktor – faktor resiko yang dilakukan
dalam penyelidikan epidemiologi, maka dapat direncanakan program pengembangan
pemberantasan penyakit dan usaha–usaha penaggulangan masalah kesehatan secara
keseluruhan.
1. Diagnosis Penyakit
Dewasa ini berkembang berbagai macam gangguan kesehatan atau
penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Misalnya saja
penyakit menular. Penyakit menular dapat saja menjadi kejadian luar biasa atau
wabah dalam suatu masyarakat di suatu daerah karena banyak sekali faktor-faktor
yang mempengaruhi penyebaran atau penularan suatu penyakit sehingga menjadi
suatu kejadian luar biasa. Adanya kejadian luar biasa menjadikan banyak dinas
kesehatan di berbagai daerah kewalahan dalam menghadapi hal ini. Oleh sebab itu
diadakanlah suatu penyelidikan dan pengumpulan data dengan berbagai tujuan yang
dapat diperoleh dan dapat menyelesaikan fenomena yang dihadapi.
Diagnosis
penyakit dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit, untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang penyakit yang ada di masyarakat, agar masyarakat dapat
segera diobati dan tidak menjadi kronis apalagi menular (Chandra, 2009)
Pengetahuan tentang diagnosis
penyakit tersebut pada sebuah populasi berguna untuk menciptakan lingkungan
fisik, sosial, ekonomi, kultural, politik, yang dapat meningkatkah status
kesehatan dan kesejahteraan populasi secara keseluruhan.
2. Distribusi kejadian penyakit pada
waktu dan daerah tertentu
Distribusi penyakit adalah
penyebaran penyakit pada sebuah populasi atau daerah tertentu. Distribusi
penyebaran penyakit ini harus dianalisa secara seksama tentang siapa yang
terjangkit, kapan terjadinya dan dimana terjadinya penyakit tersebut (Rajab,
2009).
Selanjutnya, Rajab, 2009
menggambarkan bahwa seseorang dapat sakit atau terjangkit suatu penyakit
sengaja atau tidak sengaja mengadakan penyakit. Proses ini melalui tahapan. Dalam
proses ini terdapat enam komponen yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit,
yaitu :
v Penyebab penyakit. Bibit penyakit
yang dapat menyebabkan penyakit disebut patogen.
v Reservoar dari agen penyebab adalah
habitat normal tempat agen penyakit hidup, tumbuh dan berkembang biak.
v Cara keluarnya penyebab penyakit
dari penjamu (melalui saluran nafas, saluran kemih, pencernaan, kulit dan
transplansental)
v Cara penularan agen ke pejamu baru
melalui metode kontak langsung dan droplet (tetes ludah) dan metode tidak
langsung, yaitu melalui perantara (seperti nyamuk).
v Tempat masuk ke dalam pejamu umum
sama antara tempat masuk dan keluarnya.
v Kerentanan/kepekaan pejamu. Faktor
imunitas, faktor ketahanan tubuh, malnutrisi, dan sistem imunologi.
EPIDEMIOLOGI
DESKRIPTIF
A. Konsep
Dasar
Pada
setiap kelompok penduduk, tiap individu yang membentuk kelompok tersebut
memiliki tingkat/derajat keterpaparan atau risk yang berbeda pada setiap penyakit
tertentu. Mereka yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu
penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula
pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai
factor. Dengan demikian penjelasan epidemiologi harus sebanyak mungkin
memberikan keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk membedakan besarnya
kejadian insidensi maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu
terutama karakteristiktentang orang (person tentang siapa) tentang tempat
kejadian (dimana peristiwanya terjadi), dan tentang waktu kejadian (kapan dan
berapa lama) termasuk pula penjelasan tentang lingkungan, keadaan sosial budaya
serta pekerjaan, dan keterangan lainnya.
1. Dalam
memberikan gambaran keadaan penyakit dan peristiwanya, pada umumnya kita
menggunakan angka perbandingan (terutama rate) dan bukan nilai absolut.
2. Berapa
keterbatasan, antara lain:
a. Keadaan
penyakit dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuan/alat diagnosis
sistem klasifikasi penyakit dan laporan.
b. Dalam
menghitung nilai rate, kemungkinan jumlah penduduk yang mengalami
resiko/keterpaparan tidak diketahui dengan pasti.
c. Adanya
variable yang saling mempengaruhi/saling tergantung satu degan yang lain.
d. Variabel
yang berpengaruh secara bermakna mungkin tidak terlihat/tidak dicurigai ataupun
belum dapat dijelaskan secara epidemiologi
3. Keterangan
tentang orang, waktu dan tempat sangat erat hubungannya satu dengan yang lain,
sehingga ketiga faktor tersebut harus diamati secara serentak/bersama (inter
related) maupun secara terpisah.
4. Penerapan
penggunaan keterangan setepat mungkin
a. Keadaan
karaktertistik yang dialami penderita sebanyak mungkin dapat membantu dalam
mengarahkan diagnosis.
b. Keterangan
karakteristik yang diperoleh dapat membantu mengarahkan perhatian ketitik
tertentu, untuk melakukan pemeriksaan/penilaian yang terarah dalam
mencari/meramalkan penyebab penyakit (hipotesis).
c. Keterangan
tentang keadaan penyakit dalam masyarakat serta keadaan karakteristiknya dapat
membantu mengarahkan program pencegahan maupun penangulangannya, serta untuk
penilaian hasil suatu program kesehatan tertentu.
B.
Sifat
Karakteristik Tentang Orang, Tempat, dan Waktu
Ketiga
sifat karakteristik yang meliputi sifat orang, tempat, dan waktu merupakan
dasar pokok epidemiologi deskriptif.
1. Sifat
Karakteristik Tentang Orang
Perbedaan
sifat/keadaan karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberikan
perbedaan sifat/keadaan keterpaparan maupun derajat risk (relative exposure)
serta reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat berbeda
dapat dipengaruhi oleh berbagai sifat karakteristik tertentu.
·
Faktor genetik yang lebih bersifat tetap
seperti jenis kelamin, ras, data kelahiran, dan lain-lain.
·
Faktor biologik yang berhubungan dengan
kehidupan biologik seperti umur, status, gizi, kehamilan, dan lain-lain
·
Faktor perilaku yang berpengaruh,
mobilitas, dan perkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal, dan lain-lain.
a.
Umur
-
Umur merupakan salah satu sifat
karakteristik tentang orang yang sangat umum.
-
Penyebaran keadaan umur dalam masyarakat
mudah dilihat dengan kurva penduduk atau piramida penduduk.
-
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat
keterpaparan, besarnya risk, serta sifat resistensi tertentu.
-
Umur mempunyai hubungan erat dengan
berbagai sifat orang lainnya, dan juga dengan karakteristik tempat dan waktu.
-
Perbedaan pengalaman terhadap penyakit
menurut umur sangat mempunyai pengaruh/kemaknaan yang berhubungan dengan:
1. Perbedaan
tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur
2. Perbedaan
dalam proses pathogenesis dan
3. Perbedaan
dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu.
-
Adanya perbedaan yang dimungkunkan pada
nilai rate dari prevalensi, insidensi, dan mortalitas/kematian menurut umur.
-
Penggunaan umur secara merata dengan
memperhatikan standardisasi.
b.
Jenis
kelamin
-
Karakteristik jenis kelamin dan
hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan
tersendiri.
-
Rasio jenis kelamin harus selalu
diperhitungkan pada peristiwa tertentu.
-
Berbagai penyakit tertentu ternyata
sangan erat hubungannyadengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu:
1. Penyakit
yang hanya dijumpai pada jenis kelamin kelamin tertentu, terutama yang berhubungan
erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan
jenis kelamin.
2. Penyakit
yang mempunyai kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu/lebih sering
pada jenis kelamin tertentu umpamanya : hipertyroidisme, batu kandung empedu,
dan lain-lain.
3. Timbulnya
perubahan frekuensi penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis kelamin
lainnya.
-
Bila dijumpai perbedaan sifat penyakit
menurut jenis kelamin, tidak insidensi maupun kematiannya, harus dipikirkan apa
karena faktor genetik ataukah faktor kebiasaan hidup saja.
-
Harus diperhitungkan pula adanya
perbedaan ekspresi penyakit-penyakit oleh perbedaan jenis kelamin, serta
penggunaan fasilitas kesehatan yang mungkin berbeda.
c.
Kelompok
etnik
Kelompok
etnik meliputi kelompok homogeny berdasarkan kebiasaan hidup maupun homogenitas
biologis/genetic. Perbandingan sifat karakteristik meliputi keadaan frekuensi
penyakit/kematian pada etnik tertentu serta pengalaman terhadap penyakit
tertentu. Dalam hal ini pengaruh lingkungan harus diperhatikan dengan seksama.
1.
Ras
o
Tiga ras utama kulit putih, negroid
(kulit hitam), dan mongoloid (kulit coklat).
o
Adanya penyakit tertentu yang secara
genetik berhubungan erat dengan ras dan anemia sicklesel.
o
Adanya penyakit yang tampak karena
perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan hidup,
misalnya perbedaan insidensi penyakit pada ras Cina dengan Indonesia asli,
karena rasa tau sosio ekonomi/perilaku.
o
Adanya suku terasing dengan pengalaman
penyakit tertentu/begitu pula rasa dengan keadaan sosio/kultur yang ketat.
2.
Kelompok
etnik
o
Lebih didasarkan pada perbedaan adat,
kebiasaan hidup dan mungkin keadaan sosio, ekonomi dan lingkungan hidup, jenis
pekerjaan utama dan lainnya.
o
Timbulnya perbedaan frekuensi
penyakit/kematian mungkin oleh sifat tersebut diatas yang berbeda.
o
Adanya perbedaan pengalaman penyakit
tertentu umpama malaria dan filarial bagi transmigran dari Jawa dan Bali, atau
pada berbagai penyakit noninfeksi seperti latar belakang pengalaman psikologis,
dan lain-lain.
3.
Agama
Agama yang merupakan karakteristik orang
yang mungkin dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan
penyakit dalam masyarakat.
-
Perbedaan makanan yang terlarang
(trichinosis)
-
Perbedaan kewajiban ritual seperti
sirkumsisi, salat, dan lainnya.
-
Kemungkinan adanya isolasi social untuk
agama minoritas yang mempengaruhi timbulnya penyakit infeksi dan noninfeksi.
4.
Hubungan
garis keturunan dan antar keluarga
Karakteristik
ini sering dilupakan atau digunakan secara kurang tepat.
-
Adanya penyakit dengan garis keluarga
yang jelas seperti gondok, diabetes, asma, dipengaruhi oleh cara hidup,
genetic, atau social.
-
Adanya penyakit menular yang berpusat
pada rumah tangga seperti tuberculosis, scabies, dan lain-lain
-
Peranan hubungan antara anggota keluarga
dan remaja dalam keluarga dengan penyakit mental, obat bius, dan lain-lain.
-
Sifat kehidupan reproduksi dalam
keluarga.
5.
Pekerjaan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari
kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta
besarnya risk menurut sifat pekerjaan. Juga akan berpengaruh pada lingkungan
kerja dan sifat sosio ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu.
6.
Status
perkawinan
o
Dalam hal status perkawinan, peranannya
baik terhadap derajat keterpaparan dan besarnya risk, maupun pada derajat
kerentanan.
o
Keterangan tentang kawin/tidak kawin,
cerai/janda/duda.
o
Perbedaan lingkungan hidup dan kebiasaan
hidup yang berhubungan dengan status perkawinan.
o
Status fertilitas dan berhubungan dengan
reproduksi.
7.
Status
sosio ekonomi
o
Berbagai variabel sangat erat
hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik.
o
Status sosio ekonomi erat hubungannya
dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal,
kebiasaan hidup, dan sebagainya.
o
Status ekonomi berhubungan erat pula
dengan factor psikologi dalam masyarakat.
8.
Penilaian
dan implikasi keterangan tentang orang
o
Kesalahan dalam perhitungan dapat
bersifat kesalahan laporan, kesalahan bernilai kelompok penduduk, perbedaan
sarana yang mempengaruhi factor orang, dan lain-lain.
o
Kesalahan karena perbedaan demografi dan
penyebaran sifat yang berhubungan dengan karakteristik orang (perlu
standardisasi)
o
Pengaruh lingkungan yang menyebabkan
perbedaan sifat orang
o
Perbedaan anatomis, fisiologis, dan
genetik.
o
Perbedaan karakteristik tentang orang
yang erat hubungannya satu sama lain, umpamanya konstitusi tubuh, ras,
kebiasaan hidup, status social ekonomi, dan lingkungan hidup kadang sulit
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
2.Karakteristrik
Tentang tempat
Keterangan
tentang tempat dapat bersifat:
(
1) Keadaan geografi umpanya daerah
pegunungan , pantai ,daratan ,dan sebagainya;
(2) batas administrasi /politik umpamanya
batas negara provinsi, kabupaten , dan sekitarnya.
a.
Peranan karakteristik faktor tempat dalam epidemologi terutama:
o
peranan iklim setempat
o
peranan geologi /sifat tanah
o
peranan flora dn fauna
o
keadaan penyebab dan kepadatan penduduk
setempat
o
peranan kebiasaan hidup dan adat
setempat
o
keadaan perkembangan dan sistem ekonomi
setempat
o
keadaan sistem pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan setempat
o
dan berbagai hal yang berhubungn erat
dengan faktor lingkungan
b. Adanya perbedaan keadaan penyakit
dalam masyarakat berdasarkan tempat d dapat terjadi
apabila:
apabila:
→ Timbulnya
krena perbedaan letak geografis,administrasi maupun keadaan urban terhadap
rural.
→ Timbulnya
karena unit ruang lingkup dimana variabel intenala akan bertambah pada ruang
lingkup yang lebih luas.
→ timbul
karena adanya perbedaan sistem pelayanan peraturan dan klasifikasi penyakit
serta cara diagnosis ,sistem pelaporan yang berlaku setempat ,serta perbedaan
situasi geografis, demografis pada pembagian administrasi di berbagai
tingkatan.
c.
Perbandingan secara internasional dan intercontinental
→ perbandingan
harus di dasarkan pada nilai rate atau semacamnya. perbedaan car diagosis dan
sistem pelaporan sangat berpengaruh umpamanya :cara menetapkan skin test untuk
tuberkulin, sistem pelaporan diare dan lain-lain. Adanya perbedaan komposisi
umur penduduk sangat menentukan
→ untuk penyakit menular sering di bedakan scara
tropis dan bukan tropis tetapi untuk penyakit lainnya sulit di tentukan berdasarkan
geografis.
→ Dengan
kemajuan teknologio transportasi,wabah
penyakit tidak memilih kontinental serta batas administratif internasional.
d. Perbandingan
antar tempat dalam suatu Negara
Pembagian
wilayah lebih bersifat administrative
→ Adanya
perbedaan berbagai kondisi antara daerah administratif.
→ Keadaan
penyakit suatu wilayah dan keberhasilan program pada wilayah tertentu tidak dapat
di jadikan sebagai tolak ukur yang menyeluruh.
→ Makin
kecil wilayah administratif,makin baik dijadikan dasar analisis dengan
keteranagn lainnya yang cukup dan sistem pelaporan yang baik.
→ Analisis
hasil pengamatan secara lokal akan lebih muda
pada daerah administratif yang kecil dan hampir homogen.
e.Perbandingan antarural tentang urban dan rural.
→ Harus
ada ketentuan standar tentang urban dan rural.
→ Perbedaan
mungkin timbul karena berbagai perbedaan
sifat urban rural seperti:
* Kepadatan penduduk.
* Kepadatan penduduk.
* keadaan lingkungan hidup
* Keadaan fasilitas
kesehatan,sistem pelayanan kesehatan,sistem sosial lainnya.
* Kemungkinan penduduk dari
rural berobat dan tercatat di urban.
f. Gambaran penyakit secara lokal/ setempat.
- penggunaan stop map:
*gambaran kejadian dan
kematian menurut tempat dan waktu.
*gambaran fasilitas kesehatan,
sarana kesehatan,keadaan imunitas dan lain-lain.
*gambaran penyakit
berdasarkan daerah kerja.
*gambaran sarana dan hasil
kegiatan menurut tempat.
- perhitungkan rate kejadian dan kematian bila penduduk di ketahui secara pasti
- bila penyebaran menurut tempat dapat di gambarkan ,maka:
*
bila penyebab jelas, rencana penangulangan lebih terarah
* bila penyebab belum jelas ,dapat membantu /
mengarahkan faktor risk ataupun
faktor keterpaparan.
g.
Dalam menganalisis hubungan penyakit dengan tempat harus di pikirkan
-
keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya
*angka kesakitan tinggi
pada segala golongan umur
*penyakit tidak di jumpai
/ penyakitnya tidak bertambah
*adanya penyakit dengan
gejala yang sama pada hewan
-
faktor lingkungan biologis dan sosial
ekonomi setampat harus di perhatikan.
4. karakteristikmenurut
waktu
a. Ada beberapa hal yang berkairan dengan timbulnya penyakit
mengalami perubahan dari waktu ke waktu
-
beradanya / adanya kegiatan faktor
penyebab penyakit pada waktu tertentu
-
adanya perubahan komposisi dan jumlah penduduk
menurat waktu .
-
adanya perubahan lingkungan menurut
waktu ( lingkungan fisik ,biologis, maupun sosial).
-
adanya perubahan krateria dan alat
diagnosis ,kemajuan pengobatan ,teknologi kedokteran dari waktu ke waktu.
-
adanya perubahan pola penyakit karena
usaha pencegahandan penanggulangan serta perubahan lainnyan daru waktu ke
waktu.
Dalam hal perubahan pola penyakit dalam
masyarakat , harua di pertanyakan faktor apa yang menimbulkan perubahan
tersebut? Apa faktor orang / pejamu ,
faktor penyebab / risk dari keterpaparan , ataukah faktor lingkungan atau
interraksi ketiganya . perubahan penyakit dalam masyarakat menurut waktu ,
dapat berlangsung dalam waktu singkat , atau secara periodik maupun secara
sekuler.
b. perubahan
dalam waktu singkat
- Adanya epidemi: kejadian dimana
penjumlah penderita melampaui keadaan dan tempat tersebut umpamanya penyakit
akibat bahan kimia/ akibat fisik serta kelainan perilaku.
- Common source/point epidemic :
timbulnya wabah yang mendadak dengan terfokusnya pada limit waktu sesuai
inkubasi terpanjang penyakit, dengan titik awal di dasarkan pada saat penyebab
timbul ( keracunan makanan dan lain-lain )
- epidemi yang berkepanjangan: epidemi
yang terus menerus berlangsung terutama pada penyakit dengan kontak person ( umpamanya AIDS) maupun penyakit oleh
faktor seperti pada DHF.
c.
Perubahan yang terjadi secara periodic
- pengaruh musim
-
Hubungan
penyakit dengan musim tedi jumpai pada penyakit tertentu, terutama pada
penyakit menular, tetapi juga di jumpai
pada penyakit kronis seperti arthritis, asmatik dan lain penyakit tertentu.
-
perbedaan waktu yang erat hubungannya
dengan keadaan cuaca yang dapat
mempengaruhi sifat penyebab, pejamu serta lingkungan.
Adanya perubahan insidensi penyakit
secara reguler antara beberapa bulan tertentu secara teratur. Analisis
perubahan siklus harus hati-hati dengan
sistem administrasi, anggaran kegiatan dan lain-lain yang secara siklus.
d. Perubahan secara sekuler
Perubahan
yang terjadi setelah sekian tahun ( 5-10
tahun atau lebih) yang menampakan perubahan keadaan penyakit/ kematian yang cukup berarti, dalam
hubungan interaksi antar pejamu/orang
-
penyebab agent dan lingkungan.
-
perubahan secara sekuler akan lebih tampak bila dianalisis secara
longitudinal peristiwa penyakit dan kematian
-
perubahan kemungkinan terjadi karena hasil usaha yang terarah/
keberhasilan, atau kegagalan usaha pencegahan
dan penanggulangan.
-
Perubahan dapat pula terjadi karena :
* perubahan kriteria penyakit,
* perubahan
sistem diagnosis dan klasifikasi penyakit,
* perubahan karena pengobatan dan sistem
perawatan,
* perubahan sistem pelaporan, dan lain
sebagainya.
e.
Penilaian faktor waktu
- Analisis kohort.
Apabila panjang ataupun masa laten penyakit yang lama, dan terjadi
perubahan tingkat keterpaparan dari
waktu ke waktu , maka kesalahan
dapat terjadi pada analisis penyakit tersebut, bila hanya di dasarkan
pada besarnya insidensi /prevalensi serta besarnya kematian penyakit tersebut pertahunnya. Untuk menghindari terjadinya
kesalahan analisis/interpretasi data,
sebaliknya dilakukan analisi kohort
berdasarkan tahun kelahiran dan tahun peristiwa penyakitnya ( birth
cohort)
-
Berapa kegunaan lain dari faktor /
karakteristik waktu:
-
dapat
menentukan masa inkubasi penyakit
menular tertentu, serta masa penularan rata-rata ( period of communicability).
-
waktu kejadian dan keterpaparan serta peristiwa yang mempengaruhi tingkat khusus ( umpamanya tonsilek
tomi dengan wabah polio).
-
efek dari kohort kelahiran dalam
masa yang relatif singkat ( umpamanya
pengaruh imunisasi terdapat perubahan pola penyakit polio).
R e f e r
e n s i :
·
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Epidemiologi.Jakarta. PT Rineka Cipta.
·
Muninjaya,
Gde. 2004.Epidemiologi deskriptif : Edisi 2.jakarta. EGC
Soal
:
1.
studi pendekatan epidemiologi yang
bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam
masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat,
dan Waktu).
Peranyataan diatas adalah pengertian dari …
a. Epidemiologi deskriptif
b. Epidemiologi Naratif
c. Epidemiologi
d. Epidemi
2.
Mereka
yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu,
tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula pada ….. dan ….. tertentu.keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Kata yang tepat untuk melengkapi
kalimat diatas adalah …
a. Waktu, tempat
b. Orang, lokasi
c. Lokasi, suasana
d. Lingkungan, tempat
3.
Konsep yang terpenting juga dalam studi
epidemiologi deskriptif adalah ...
a. W5 +
H1
b. H2N1
c. WHO
d. BkkBN
4.
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pernyataan diatas terdapat di
…
a. UU
Kesehatan RI 1961 yang diperbaharui dengan UU tahun 1992
b. UU dasar RI Tahun 1945
c. UU RI tentang pemakaian KB
d. UU angkatan RI
5.
Yang
termasuk agen biologis pada klasifikasi penyakit adalah …
a. Virus
b. Protein
c. Radiasi
d. Gesekan
6.
Kemampuan
agen penyakit yang menyebabkan terjadi penyakit klinis yang dapat dihitung dari
jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi disebut
dengan …
a.
Patogenesitas
b.
Infektivitas
c.
Virulensi
d.
Determinan
penyakit
7.
Factor-faktor
yang memegang peranan penting dalam proses kejadian pada pejamu(host) yang
paling benar adalah …
a.
Factor
keturunan, mekanisme kekebalan tubuh, usia, jenis kelamin, ras, social ekonomi,
status perkawinan, dan nutrisi.
b.
Factor
hormone, lingkungan, iklim, dan kepercayaan
c.
Factor
individu, faktro kelompok, factor masyarakat
d.
Factor
social, budaya, dan lingkungan.
8.
ada
beberapa perubahan-perubahan sekuler kecuali …
a.
perubahan criteria penyakit
b.
perubahan karena pengobatan dan system
perawatan
c.
perubahan system diagnosis dan
klasifikasi penyakit
d.
pengaruh musim
9.
perubahan antar rural tentang urban dan
rural memiliki sifat perbedaan yang mungkin timbul adalah …
a.
kepadatan penduduk
b.
makin kecil wilayah administrative
c.
pengaruh musim
d.
b dan c benar
10.
dalam menganalisis hubungan penyakit
dengan tempat harus di pikirkan keadaan penduduk setempat dan sifat
karakteristiknya yaitu …
a.
Angka kesakitan tinggi pada segala
golongan umum
b.
bila penyebab jelas ,rencana
penanggulangan lebih terarah
c.
gambaran penyakit berdasarkan daerah
kerja
d.
gambaran sarana dan hasil kegiatan
menurut tempat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar