gedesitdownblog.blogspot.com: http://gedesitdownblog.blogspot.com/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html#ixzz2Yz5ZEV3S

Rabu, 17 Juli 2013









*   



EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

Epidemiologi deskirptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu)
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional

I . KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu yg membentuk kelompok tersebut memiliki tingkat/derajat keterpaparan atau risk yang berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat tertentu.keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor.
Dengan demikian penjelasan epidemiologi harus sebanyak mungkin memberikan keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk membedakan besarnya kejadian insidensi maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu terutama karakteristik tentang orang (person tentang siapa) tentang tempat kejadian (dimana peristiwanya terjadi), dan tentang waktu kejadian (kapan dan berapa lama) termasuk pula penjelasan tentang lingkungan, keadaan social budaya serta pekerjaan, dan keterangan lainnya.

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
§  Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
§  Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
§  Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 yaitu:
  • Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
  • Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:
·         Bertujuan untuk menggambarkan
·         Tidak terdapat kelompok pembanding
·         Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
·         Hasil penelitiannya berupa hipotesis        
·         Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:
ü  Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
ü  Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
ü  sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
ü  Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu wil dalam waktu yang berbeda.

Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).

  1. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
  1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
2.      Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
3.      Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4.      Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni :
o   Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
o   Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
o   Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan;
o   Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.
o   Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
5.      Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6.      Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu..
7.      Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8.      Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9.      Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10.  Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.








B.     Tempat  (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
·         Batas daerah-daerah pemerintahan
·         Kota dan pedesaan
·         Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
·         Negara-negara
·         Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
§  Susunan umur
§  Susunan kelamin
§  Kualitas data
§  Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
Ø  Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
Ø  Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
Ø  Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
Ø  Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit.
Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
C.     Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
o   Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
o   Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
o   Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
  1. Fluktuasi Jangka Pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
·         Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
·         Waktu inkubasi rata-rata pendek.

2.      Perubahan-Perubahan Secara Siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
·         Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
·         Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
·         Selalu adanya kerentanan
·         Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
·         Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
·         Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.
Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.

Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.

II. EPIDEMIOLOGI DAN PERANNYA PADA MASALAH KESEHATAN
Sehat menurut WHO(1948) adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat. Sedangkan menurut UU Kesehatan RI 1961 yang diperbaharui  dengan UU tahun 1992 berbunyi Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Dengan pengertian diatas, bisa diketahui bahwa Epidemiologi mempunyai andil yang besar pada bidang kesehatan. Maka Epidemiologi sebagai suatu displin ilmu mempunyai peran sebagai berikut:
§  Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat
§  Mengetahui faktor faktor yang berperanan dalam terjadinya masalah kesehatan atau penyakit yang ada di masyarakat
§  Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan
§  Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan
§  Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
§  Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.



Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat lainnya seperti Administrasi kesehatan masyarakat, biostatistika, kesehatan lingkungan dan pendidikan kesehatan/dan ilmu perilaku. Misalnya, peranan epidemiologi dalam proses perencanaan kesehatan. Tampak bahwa epidemiologi dapat dipergunakan dalam proses perencanaan yang meliputi identifikasi masalah, memilih prioritas, menyusun objektif, menerapkan kegiatan, koordinasi dan evaluasi. Dalam proses perencaan ni epidemiologi sangat memerlukan tambahan pengetahuan dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan masyarakat.
Sebaliknya, dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan kesehatan, epidemiologi dapat dipergunakan dalam membuat suatu “diagnosis Epidemiologi” dari masalah intervensi tersebut. Disni epidemiologi berperan dalam menentukan masalah kesehatan berdasarkan indikator vital seperti mortalitas, morbiditas, fertilitas dan disabilitas. Juga dapat dipakai dalam menghitung frekwensi penyakit dalam bentuk insidensi, prevalensi, distribusi, intensitas dan kelangsungan suatu penyakit.

III. DETERMINAN PENYAKIT
A. Determinan Intrinsik Penyakit
Determinan Faktor Intrinsik pada Penyakit erat hubungan dengan Segitiga Epidemiologi yang dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950) dalam Timreck (2004), yang menyebutkan bahwa timbul atu tidaknya penyakit pada organisme dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host, agent dan environment.
Gordon dan La Richt mengemukakan bahwa :
§  Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan host (organisme hidup)
§  Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu maupun kelompok)
§  Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami pada lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan biologis
1. Determinan agen
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. kadang-kadang, untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti penyakit ulkus peptiku, coronaryheart diseases, dan lain-lain. Menurut Bustan (2006), Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:

1. Agen Biologis    : Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan.
2. Agen Nutrisi      : Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
3. Agen Fisik         : Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan.
4. Agen Kimiawi   : Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikimia),
  uremia, dan eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain
  lain.
5. Agen Mekanis   : Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
  tubuh.

1.1 Agen
Proses Perjalanan suatu penyakit bermula dari adanya gangguan keseimbangan antara agen penyakit, host dan lingkungan, sehingga menimbulkan gejala penyakit. Agen penyakit merupakan faktor awal proses terjadinya penyakit, sehingga faktor agen penyakit ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, agar setiap organisme dapat melakukan pencegahan lebih awal terhadap timbulnya suatu penyakit.
Menurut Rajab (2009), menyebutkan bahwa ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
§  Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
§  Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.
§  Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis

1.2. Hubungan antara infeksi dengan penyakit
Menurut Bustan (2006), mengemukan bahwa Infeksi dan penyakit mempunyai hubungan satu sama lain disebut juga sebuah proses interaksi. Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen yang merupakan faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau lebih dikenal dengan Host, dan faktor lingkungan yang mendukung proses interaksi.
Selanjutnya Bustan (2007), mengemukan bahwa Proses interaksi ini dapat terjadi secara individu atau kelompok, karena adanya mikroorganisme yang kontak baik secara langsung maupn tidak secara langsung dengan manusia sebagai penjamu yang rentan, daya tahan tubuh yang rendah dan lingkungan yang tidak sehat yang menyebabkan sakit pada host.
Pada sebuah penelitian tentang kesehatan anak, Mubarak, dkk (1995) mengemukakan bahwa, Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi energi, protein dan zat gizi lainnya karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal karena meningkatnya kebutuhan metabolisme basal.
Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.

1.3. Metode Transmisi/Penularan Agen Penyakit
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah keadaan sehat, bila terjadi gangguan kesimbangan, muncul penyakit.
Menurut Chandra (2009), mengemukakan bahwa masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host disebabkan oleh agent melalui beberapa macam jalur penularan, sebagai berikut :

1. Inhalasi :
Yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu, mineral, partikel (golongan a-biotik) atau berupa kontak dengan penderita TB (golongan biotik).

2. Ditelan :
Yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara memakan atau tertelan. Misalnya minuman keras, obat-obatan, keracunan logam berat.

3. Melalui Kulit :
Yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit. Misalnya keracunan oleh bahan kosmetika tumbuh-tumbuhan dan binatang.

2. Determinan Host
Menurut Rajab (2009), dijelaskan bahwa faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia makhluk sosial sehingga manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya suatu penyakit yaitu manusia kemungkinan terpajan dan kemungkinan rentan/resisten.
Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses kejadian penyakit pada pejamu (host) adalah sebagai berikut :
·         Faktor Keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua orang tua (misalnya penyakit asma dan diabetes mellitus).
·         Mekanisme Kekebalan Tubuh/Imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidaklah sama, namun faktor imunitas sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit. Imunitas dibagi dalam beberapa kategori, yaitu : Imunitas alamiah, Imunitas didapat dan Kekebalan kelompok.
·         Usia
·         Jenis Kelamin
·         Ras
·         Sosial ekonomi
·         Status Perkawinan
·         Penyakit Terdahulu
·         Nutrisi.

B. Determinan Ekstrinsik Penyakit
Determinan Faktor Ekstrinsik pada Penyakit adalah faktor ketiga atau semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut Brisbois, dkk (2010), menyebutkan bahwa Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu juga dalam hal distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host intermediate.

Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyebab kematian utama.
Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit, dan vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan ambien lainnya. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat. (Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua makluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk juga manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus sebagai penyebab sakit.
3. Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia dengan lingkungan, dimana suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat pra-patogenesis (Periode sebelum manusia sakit terdapat interaksi antara faktor-faktor host, agent dan environment yang berlangsung terus menerus) suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat/menyediakan makanan. Akibatnya faktor tersebut akan mempengaruhi agen penyakit, host dan lingkungan secara serentak, sehingga akan mempengaruhi agen penyakit untuk masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia yang akan menyebabkan muntaber (Rajab, 2009).
C. Gambaran Kejadian Penyakit Pada Populasi
Perkembangan alamiah suatu penyakit penting artinya untuk menggambarkan perjalanan suatu penyakit, terutama yang berkaitan dengan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan keadaan waktu, tempat, dan orang. Maka akan dapat dilakukan berbagai upaya untuk mencegah atau menghentikan perjalanan penyakit tersebut.
Semua individu yang berisiko terhadap penyakit/kejadian yang diteliti di dalam suatu kelompok yang diteliti. Contohnya untuk mengukur kejadian penyakit mastitis, population at risk adalah sapi betina produktif, sedangkan sapi jantan, pedet dan sapi betina yang tidak produktif tidak termasuk ke dalamnya karena tidak berisiko terkena mastitis.
Dengan mengetahui faktor – faktor resiko yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi, maka dapat direncanakan program pengembangan pemberantasan penyakit dan usaha–usaha penaggulangan masalah kesehatan secara keseluruhan.
1. Diagnosis Penyakit
Dewasa ini berkembang berbagai macam gangguan kesehatan atau penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Misalnya saja penyakit menular. Penyakit menular dapat saja menjadi kejadian luar biasa atau wabah dalam suatu masyarakat di suatu daerah karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran atau penularan suatu penyakit sehingga menjadi suatu kejadian luar biasa. Adanya kejadian luar biasa menjadikan banyak dinas kesehatan di berbagai daerah kewalahan dalam menghadapi hal ini. Oleh sebab itu diadakanlah suatu penyelidikan dan pengumpulan data dengan berbagai tujuan yang dapat diperoleh dan dapat menyelesaikan fenomena yang dihadapi.
Diagnosis penyakit dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang penyakit yang ada di masyarakat, agar masyarakat dapat segera diobati dan tidak menjadi kronis apalagi menular (Chandra, 2009)
Pengetahuan tentang diagnosis penyakit tersebut pada sebuah populasi berguna untuk menciptakan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, kultural, politik, yang dapat meningkatkah status kesehatan dan kesejahteraan populasi secara keseluruhan.
2. Distribusi kejadian penyakit pada waktu dan daerah tertentu
Distribusi penyakit adalah penyebaran penyakit pada sebuah populasi atau daerah tertentu. Distribusi penyebaran penyakit ini harus dianalisa secara seksama tentang siapa yang terjangkit, kapan terjadinya dan dimana terjadinya penyakit tersebut (Rajab, 2009).

Selanjutnya, Rajab, 2009 menggambarkan bahwa seseorang dapat sakit atau terjangkit suatu penyakit sengaja atau tidak sengaja mengadakan penyakit. Proses ini melalui tahapan. Dalam proses ini terdapat enam komponen yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit, yaitu :
v  Penyebab penyakit. Bibit penyakit yang dapat menyebabkan penyakit disebut patogen.
v  Reservoar dari agen penyebab adalah habitat normal tempat agen penyakit hidup, tumbuh dan berkembang biak.
v  Cara keluarnya penyebab penyakit dari penjamu (melalui saluran nafas, saluran kemih, pencernaan, kulit dan transplansental)
v  Cara penularan agen ke pejamu baru melalui metode kontak langsung dan droplet (tetes ludah) dan metode tidak langsung, yaitu melalui perantara (seperti nyamuk).
v  Tempat masuk ke dalam pejamu umum sama antara tempat masuk dan keluarnya.
v  Kerentanan/kepekaan pejamu. Faktor imunitas, faktor ketahanan tubuh, malnutrisi, dan sistem imunologi.

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
A.    Konsep Dasar
Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu yang membentuk kelompok tersebut memiliki tingkat/derajat keterpaparan atau risk yang berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Dengan demikian penjelasan epidemiologi harus sebanyak mungkin memberikan keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk membedakan besarnya kejadian insidensi maupun prevalensi pada setiap karakteristik tertentu terutama karakteristiktentang orang (person tentang siapa) tentang tempat kejadian (dimana peristiwanya terjadi), dan tentang waktu kejadian (kapan dan berapa lama) termasuk pula penjelasan tentang lingkungan, keadaan sosial budaya serta pekerjaan, dan keterangan lainnya.
1.      Dalam memberikan gambaran keadaan penyakit dan peristiwanya, pada umumnya kita menggunakan angka perbandingan (terutama rate) dan bukan nilai absolut.

2.      Berapa keterbatasan, antara lain:
a.       Keadaan penyakit dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuan/alat diagnosis sistem klasifikasi penyakit dan laporan.
b.      Dalam menghitung nilai rate, kemungkinan jumlah penduduk yang mengalami resiko/keterpaparan tidak diketahui dengan pasti.
c.       Adanya variable yang saling mempengaruhi/saling tergantung satu degan yang lain.
d.      Variabel yang berpengaruh secara bermakna mungkin tidak terlihat/tidak dicurigai ataupun belum dapat dijelaskan secara epidemiologi

3.      Keterangan tentang orang, waktu dan tempat sangat erat hubungannya satu dengan yang lain, sehingga ketiga faktor tersebut harus diamati secara serentak/bersama (inter related) maupun secara terpisah.

4.      Penerapan penggunaan keterangan setepat mungkin
a.       Keadaan karaktertistik yang dialami penderita sebanyak mungkin dapat membantu dalam mengarahkan diagnosis.
b.      Keterangan karakteristik yang diperoleh dapat membantu mengarahkan perhatian ketitik tertentu, untuk melakukan pemeriksaan/penilaian yang terarah dalam mencari/meramalkan penyebab penyakit (hipotesis).
c.       Keterangan tentang keadaan penyakit dalam masyarakat serta keadaan karakteristiknya dapat membantu mengarahkan program pencegahan maupun penangulangannya, serta untuk penilaian hasil suatu program kesehatan tertentu.








B.     Sifat Karakteristik Tentang Orang, Tempat, dan Waktu
Ketiga sifat karakteristik yang meliputi sifat orang, tempat, dan waktu merupakan dasar pokok epidemiologi deskriptif.
1.      Sifat Karakteristik Tentang Orang
Perbedaan sifat/keadaan karakteristik individu secara tidak langsung dapat memberikan perbedaan sifat/keadaan keterpaparan maupun derajat risk (relative exposure) serta reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan, sangat berbeda dapat dipengaruhi oleh berbagai sifat karakteristik tertentu.
·         Faktor genetik yang lebih bersifat tetap seperti jenis kelamin, ras, data kelahiran, dan lain-lain.
·         Faktor biologik yang berhubungan dengan kehidupan biologik seperti umur, status, gizi, kehamilan, dan lain-lain
·         Faktor perilaku yang berpengaruh, mobilitas, dan perkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal, dan lain-lain.

a.      Umur

-          Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat umum.
-          Penyebaran keadaan umur dalam masyarakat mudah dilihat dengan kurva penduduk atau piramida penduduk.
-          Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk, serta sifat resistensi tertentu.
-          Umur mempunyai hubungan erat dengan berbagai sifat orang lainnya, dan juga dengan karakteristik tempat dan waktu.
-          Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai pengaruh/kemaknaan yang berhubungan dengan:
1.      Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur
2.      Perbedaan dalam proses pathogenesis dan
3.      Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu.
-          Adanya perbedaan yang dimungkunkan pada nilai rate dari prevalensi, insidensi, dan mortalitas/kematian menurut umur.
-          Penggunaan umur secara merata dengan memperhatikan standardisasi.

b.      Jenis kelamin

-          Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.
-          Rasio jenis kelamin harus selalu diperhitungkan pada peristiwa tertentu.
-          Berbagai penyakit tertentu ternyata sangan erat hubungannyadengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu:

1.      Penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan jenis kelamin.
2.      Penyakit yang mempunyai kecenderungan hanya pada jenis kelamin tertentu/lebih sering pada jenis kelamin tertentu umpamanya : hipertyroidisme, batu kandung empedu, dan lain-lain.
3.      Timbulnya perubahan frekuensi penyakit dari jenis kelamin tertentu ke jenis kelamin lainnya.

-          Bila dijumpai perbedaan sifat penyakit menurut jenis kelamin, tidak insidensi maupun kematiannya, harus dipikirkan apa karena faktor genetik ataukah faktor kebiasaan hidup saja.
-          Harus diperhitungkan pula adanya perbedaan ekspresi penyakit-penyakit oleh perbedaan jenis kelamin, serta penggunaan fasilitas kesehatan yang mungkin berbeda.





c.       Kelompok etnik
Kelompok etnik meliputi kelompok homogeny berdasarkan kebiasaan hidup maupun homogenitas biologis/genetic. Perbandingan sifat karakteristik meliputi keadaan frekuensi penyakit/kematian pada etnik tertentu serta pengalaman terhadap penyakit tertentu. Dalam hal ini pengaruh lingkungan harus diperhatikan dengan seksama.
1.      Ras
o   Tiga ras utama kulit putih, negroid (kulit hitam), dan mongoloid (kulit coklat).
o   Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan erat dengan ras dan anemia sicklesel.
o   Adanya penyakit yang tampak karena perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan hidup, misalnya perbedaan insidensi penyakit pada ras Cina dengan Indonesia asli, karena rasa tau sosio ekonomi/perilaku.
o   Adanya suku terasing dengan pengalaman penyakit tertentu/begitu pula rasa dengan keadaan sosio/kultur yang ketat.

2.      Kelompok etnik
o   Lebih didasarkan pada perbedaan adat, kebiasaan hidup dan mungkin keadaan sosio, ekonomi dan lingkungan hidup, jenis pekerjaan utama dan lainnya.
o   Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit/kematian mungkin oleh sifat tersebut diatas yang berbeda.
o   Adanya perbedaan pengalaman penyakit tertentu umpama malaria dan filarial bagi transmigran dari Jawa dan Bali, atau pada berbagai penyakit noninfeksi seperti latar belakang pengalaman psikologis, dan lain-lain.

3.      Agama
Agama yang merupakan karakteristik orang yang mungkin dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit dalam masyarakat.
-          Perbedaan makanan yang terlarang (trichinosis)
-          Perbedaan kewajiban ritual seperti sirkumsisi, salat, dan lainnya.
-          Kemungkinan adanya isolasi social untuk agama minoritas yang mempengaruhi timbulnya penyakit infeksi dan noninfeksi.


4.      Hubungan garis keturunan dan antar keluarga
Karakteristik ini sering dilupakan atau digunakan secara kurang tepat.
-          Adanya penyakit dengan garis keluarga yang jelas seperti gondok, diabetes, asma, dipengaruhi oleh cara hidup, genetic, atau social.
-          Adanya penyakit menular yang berpusat pada rumah tangga seperti tuberculosis, scabies, dan lain-lain
-          Peranan hubungan antara anggota keluarga dan remaja dalam keluarga dengan penyakit mental, obat bius, dan lain-lain.
-          Sifat kehidupan reproduksi dalam keluarga.

5.      Pekerjaan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risk menurut sifat pekerjaan. Juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosio ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu.
6.      Status perkawinan
o   Dalam hal status perkawinan, peranannya baik terhadap derajat keterpaparan dan besarnya risk, maupun pada derajat kerentanan.
o   Keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda.
o   Perbedaan lingkungan hidup dan kebiasaan hidup yang berhubungan dengan status perkawinan.
o   Status fertilitas dan berhubungan dengan reproduksi.

7.      Status sosio ekonomi
o   Berbagai variabel sangat erat hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik.
o   Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup, dan sebagainya.
o   Status ekonomi berhubungan erat pula dengan factor psikologi dalam masyarakat.

8.      Penilaian dan implikasi keterangan tentang orang
o   Kesalahan dalam perhitungan dapat bersifat kesalahan laporan, kesalahan bernilai kelompok penduduk, perbedaan sarana yang mempengaruhi factor orang, dan lain-lain.
o   Kesalahan karena perbedaan demografi dan penyebaran sifat yang berhubungan dengan karakteristik orang (perlu standardisasi)
o   Pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan sifat orang
o   Perbedaan anatomis, fisiologis, dan genetik.
o   Perbedaan karakteristik tentang orang yang erat hubungannya satu sama lain, umpamanya konstitusi tubuh, ras, kebiasaan hidup, status social ekonomi, dan lingkungan hidup kadang sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya.

2.Karakteristrik Tentang  tempat
Keterangan tentang tempat dapat bersifat:
( 1)       Keadaan geografi umpanya daerah pegunungan , pantai ,daratan ,dan sebagainya;
(2)       batas administrasi /politik umpamanya batas negara provinsi, kabupaten , dan sekitarnya.
            a. Peranan karakteristik faktor tempat dalam epidemologi terutama:
o   peranan iklim setempat
o   peranan geologi /sifat tanah
o   peranan flora dn fauna
o   keadaan penyebab dan kepadatan penduduk setempat
o   peranan kebiasaan hidup dan adat setempat
o   keadaan perkembangan dan sistem ekonomi setempat
o   keadaan sistem pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan setempat
o   dan berbagai hal yang berhubungn erat dengan faktor lingkungan

b. Adanya perbedaan keadaan penyakit dalam masyarakat berdasarkan tempat d dapat terjadi
           apabila:
    Timbulnya krena perbedaan letak geografis,administrasi maupun keadaan urban terhadap rural.
    Timbulnya karena unit ruang lingkup dimana variabel intenala akan bertambah pada ruang lingkup yang lebih luas.
    timbul karena adanya perbedaan sistem pelayanan peraturan dan klasifikasi penyakit serta cara diagnosis ,sistem pelaporan yang berlaku setempat ,serta perbedaan situasi geografis, demografis pada pembagian administrasi di berbagai tingkatan.
c. Perbandingan secara internasional dan intercontinental
    perbandingan harus di dasarkan pada nilai rate atau semacamnya. perbedaan car diagosis dan sistem pelaporan sangat berpengaruh umpamanya :cara menetapkan skin test untuk tuberkulin, sistem pelaporan diare dan lain-lain. Adanya perbedaan komposisi umur penduduk sangat menentukan
     untuk penyakit menular sering di bedakan scara tropis dan bukan tropis tetapi untuk penyakit lainnya sulit di tentukan berdasarkan geografis.
    Dengan kemajuan teknologio transportasi,wabah  penyakit tidak memilih kontinental serta batas administratif internasional.

d.      Perbandingan antar tempat dalam suatu Negara
Pembagian wilayah lebih bersifat administrative
    Adanya perbedaan berbagai kondisi antara daerah administratif.
    Keadaan penyakit suatu wilayah dan keberhasilan program pada wilayah tertentu tidak dapat di jadikan sebagai tolak ukur yang menyeluruh.
    Makin kecil wilayah administratif,makin baik dijadikan dasar analisis dengan keteranagn lainnya yang cukup dan sistem pelaporan yang baik.
    Analisis hasil pengamatan secara lokal akan lebih muda  pada daerah  administratif   yang kecil dan hampir homogen.
        e.Perbandingan antarural  tentang urban dan rural.
    Harus ada ketentuan standar tentang urban dan rural.
    Perbedaan mungkin timbul karena  berbagai perbedaan sifat urban rural seperti:
   * Kepadatan penduduk.
               * keadaan lingkungan hidup
               * Keadaan fasilitas kesehatan,sistem pelayanan kesehatan,sistem sosial lainnya.
               * Kemungkinan penduduk dari rural berobat dan tercatat di urban.
 
          f. Gambaran penyakit secara lokal/ setempat.
                 - penggunaan stop map:
                    *gambaran kejadian dan kematian menurut tempat dan waktu.
                     *gambaran fasilitas kesehatan, sarana kesehatan,keadaan imunitas dan lain-lain.
                    *gambaran penyakit berdasarkan daerah kerja.
                    *gambaran sarana dan hasil kegiatan menurut  tempat.

          - perhitungkan rate kejadian dan kematian bila penduduk di ketahui secara pasti
           -   bila penyebaran menurut tempat dapat di gambarkan ,maka:
                  * bila penyebab jelas, rencana penangulangan lebih terarah
* bila penyebab belum jelas ,dapat membantu / mengarahkan faktor risk  ataupun       faktor keterpaparan.

g. Dalam menganalisis hubungan penyakit dengan tempat harus di pikirkan
      -      keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya
                      *angka kesakitan tinggi pada segala golongan umur
                      *penyakit tidak di jumpai / penyakitnya tidak bertambah
                      *adanya penyakit dengan gejala yang sama pada hewan
-          faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setampat harus di perhatikan.

4.      karakteristikmenurut waktu
a.   Ada beberapa hal  yang berkairan dengan timbulnya penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu
-          beradanya / adanya kegiatan faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu
-           adanya perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurat waktu .
-          adanya perubahan lingkungan menurut waktu ( lingkungan fisik ,biologis, maupun sosial).
-          adanya perubahan krateria dan alat diagnosis ,kemajuan pengobatan ,teknologi kedokteran dari waktu ke waktu.
-          adanya perubahan pola penyakit karena usaha pencegahandan penanggulangan serta perubahan lainnyan daru waktu ke waktu.

Dalam hal perubahan pola penyakit dalam masyarakat , harua di pertanyakan faktor apa yang menimbulkan perubahan tersebut? Apa faktor  orang / pejamu , faktor penyebab / risk dari keterpaparan , ataukah faktor lingkungan atau interraksi ketiganya . perubahan penyakit dalam masyarakat menurut waktu , dapat berlangsung dalam waktu singkat , atau secara periodik maupun secara sekuler.
b.   perubahan dalam waktu singkat
- Adanya epidemi: kejadian dimana penjumlah penderita melampaui keadaan dan tempat tersebut umpamanya penyakit akibat bahan kimia/ akibat fisik serta kelainan perilaku.
- Common source/point epidemic : timbulnya wabah yang  mendadak  dengan terfokusnya pada limit waktu sesuai inkubasi terpanjang penyakit, dengan titik awal di dasarkan pada saat penyebab timbul ( keracunan makanan dan lain-lain )
- epidemi yang berkepanjangan: epidemi yang terus menerus berlangsung terutama pada penyakit dengan kontak person  ( umpamanya AIDS) maupun penyakit oleh faktor  seperti pada DHF.
c. Perubahan yang terjadi  secara periodic
-     pengaruh musim
-          Hubungan  penyakit dengan musim tedi jumpai pada penyakit tertentu, terutama pada penyakit menular, tetapi juga  di jumpai pada penyakit kronis seperti arthritis, asmatik dan lain penyakit tertentu.
-          perbedaan waktu yang erat hubungannya dengan keadaan cuaca yang dapat   mempengaruhi sifat penyebab, pejamu serta lingkungan.
Adanya perubahan insidensi penyakit secara reguler antara beberapa bulan tertentu secara teratur. Analisis perubahan siklus  harus hati-hati dengan sistem administrasi, anggaran kegiatan dan lain-lain yang secara siklus.
       d. Perubahan secara sekuler
            Perubahan yang terjadi  setelah sekian tahun ( 5-10 tahun atau lebih) yang menampakan perubahan keadaan  penyakit/ kematian yang cukup berarti, dalam hubungan interaksi antar pejamu/orang
-          penyebab agent dan lingkungan.
-          perubahan secara sekuler  akan lebih tampak bila dianalisis secara longitudinal peristiwa penyakit dan kematian
-          perubahan kemungkinan  terjadi karena hasil usaha yang terarah/ keberhasilan, atau kegagalan usaha pencegahan  dan penanggulangan.
-          Perubahan dapat pula terjadi karena :
  * perubahan kriteria  penyakit,
  * perubahan sistem diagnosis dan klasifikasi penyakit,
  * perubahan karena pengobatan dan sistem perawatan,
  * perubahan sistem pelaporan, dan lain sebagainya.

e. Penilaian faktor waktu
-  Analisis kohort.
Apabila panjang ataupun  masa laten penyakit yang lama, dan terjadi perubahan tingkat keterpaparan dari  waktu ke waktu , maka kesalahan  dapat terjadi pada analisis penyakit tersebut, bila hanya di dasarkan pada besarnya insidensi /prevalensi serta besarnya kematian penyakit tersebut  pertahunnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan analisis/interpretasi  data, sebaliknya dilakukan analisi kohort  berdasarkan tahun kelahiran dan tahun peristiwa penyakitnya ( birth cohort)
- Berapa  kegunaan lain dari faktor / karakteristik waktu:
-          dapat  menentukan masa inkubasi  penyakit menular tertentu, serta masa penularan rata-rata  ( period of communicability).
-          waktu kejadian  dan keterpaparan serta peristiwa yang  mempengaruhi tingkat khusus ( umpamanya tonsilek tomi dengan wabah polio).
-          efek dari kohort kelahiran dalam masa  yang relatif singkat ( umpamanya pengaruh imunisasi terdapat perubahan pola penyakit polio).  
 
                   










R e f e r e n s i :
·         Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Epidemiologi.Jakarta. PT Rineka Cipta.
·         Muninjaya, Gde. 2004.Epidemiologi deskriptif : Edisi 2.jakarta. EGC
·         Diposkan oleh Catatan Mbak Rikie di 06.27

























Soal :

1.        studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu). Peranyataan diatas adalah pengertian dari …
a.       Epidemiologi deskriptif
b.      Epidemiologi Naratif
c.       Epidemiologi
d.      Epidemi

2.        Mereka yang mempunyai derajat keterpaparan yang sama terhadap suatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit tersebut secara sama pula pada ….. dan ….. tertentu.keadaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat diatas adalah …
a.       Waktu, tempat
b.      Orang, lokasi
c.       Lokasi, suasana
d.      Lingkungan, tempat

3.        Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah ...
a.       W5 + H1
b.      H2N1
c.       WHO
d.      BkkBN

4.        Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pernyataan diatas terdapat di …
a.       UU Kesehatan RI 1961 yang diperbaharui  dengan UU tahun 1992
b.      UU dasar RI Tahun 1945
c.       UU RI tentang pemakaian KB
d.      UU angkatan RI

5.        Yang termasuk agen biologis pada klasifikasi penyakit adalah …
a.       Virus
b.      Protein
c.       Radiasi
d.      Gesekan

6.        Kemampuan agen penyakit yang menyebabkan terjadi penyakit klinis yang dapat dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi disebut dengan …
a.       Patogenesitas
b.      Infektivitas
c.       Virulensi
d.      Determinan penyakit

7.        Factor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses kejadian pada pejamu(host) yang paling benar adalah …
a.       Factor keturunan, mekanisme kekebalan tubuh, usia, jenis kelamin, ras, social ekonomi, status perkawinan, dan nutrisi.
b.      Factor hormone, lingkungan, iklim, dan kepercayaan
c.       Factor individu, faktro kelompok, factor masyarakat
d.      Factor social, budaya, dan lingkungan.

8.       ada beberapa perubahan-perubahan sekuler kecuali …
a.        perubahan criteria penyakit
b.      perubahan karena pengobatan dan system perawatan
c.       perubahan system diagnosis dan klasifikasi penyakit
d.      pengaruh musim

9.      perubahan antar rural tentang urban dan rural memiliki sifat perbedaan yang mungkin timbul adalah …
a.       kepadatan penduduk
b.      makin kecil wilayah administrative
c.       pengaruh musim
d.      b dan c benar

10.  dalam menganalisis hubungan penyakit dengan tempat harus di pikirkan keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya yaitu …
a.       Angka kesakitan tinggi pada segala golongan umum
b.      bila penyebab jelas ,rencana penanggulangan lebih terarah
c.       gambaran penyakit berdasarkan daerah kerja
d.      gambaran sarana dan hasil kegiatan menurut tempat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar